Header Ads

Lepas Gadget Saat Bersama Keluarga

Kemajuan teknologi komunikasi memang tidak bisa dibendung. Kehadiran gadget-gadget berteknologi tinggi, handphone berteknologi komputer. Sehingga lahirlah istilah Smartphone, telepon pintar yang secara teknologi sudah setara dengan sebuah komputer. Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, saat ini sebagian besar memilikinya, termasuk Anda Ayah dan bunda.

Dengan memiliki smartphone yang terkoneksi dengan internet, maka Anda menjadi tahu semua informasi yang sudah atau sedang terjadi saat ini. Tinggal Anda sentuh-sentuh layar maka kini “dunia ada di genggaman Anda” cieeee .... Mau cari resep kue atau masakan, tinggal Anda cari dengan mudah di mesin pencari google. Bila ada anggota keluarga yang sakit, Anda tinggal cari informasi obat untuk sakit Anak Anda, di internet sudah banyak orang yang sudah menuliskan pengalamannya dengan penyakit yang sedang Anda cari tahu. Lalu bila Anda mau menghubungi teman atau saudara, Anda tinggal bergabung dengan layanan2 yang tersedia seperti melalu email, facebook, twitter, instagram, telegram dan lain-lain. Memang itulah fungsi awal sebuah smartphone, adalah bertujuan untuk memudahkan hidup kita.

Lepas Gadget Saat Bersama Keluarga

Tapi, disamping seabrek manfaat tersebut, ternyata ada akibat negatif yang akan dialami oleh orang-orang yang sudah terlanjur terikat dengan alat komunikasi ini. Sekarang muncul tagline baru bahwa smartphone ini “Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”, ungkapan ini sedikit lucu sekaligus ironis, karena bagaimana tidak, dulu orang-orang berkumpul dan membicaran sesuatu, ramai sekali, gaduh tapi itulah seni nya bersosial. Tapi sekarang, dengan adanya gadget smartphone. Sekumpulan sahabat atau keluarga yang sedang berkumpul, tapi masing-masing mereka tidak berbicara satu sama lain. Mereka justru mengobrol dengan teman mereka yang jauh entah berada dimana. Mereka berkumpul tapi kepala mereka menunduk melihat huruf-huruf kecil di layar smartphonenya.
 
Begitupun dengan Anda Ayah bunda yang setiap hari bersama degan anak-anaknya yang masih kecil. Dulu ketika belum ramai orang memiliki smartphone, seorang Ibu akan fokus dalam mengasuh anaknya, tidak semenitpun Ayah bunda dipalingkan oleh hal yang lain. Tapi sekarang, sebagian besar bunda pasti mengasuh Anak sambil membuka-buka handphone, melihat email yang masuk-lah, cek komentar di facebook-lah, cek foto-foto di instagram-lah, yang tanpa disadari bila aktivitas tadi diakumulasi, akan banyak waktu yang terpakai yang sebenarnya hak anak Anda. Ayah bunda menjadi kurang detail dalam memperhatikan anak, sikapnya, gerak tubuhnya atau mungkin Anda melewatkan situasi-situasi berbahaya ketika Anak sedang bermain. Bahkan peristiwa yang pernah benar-benar terjadi, seorang anak tewas tenggelam di sebuah kolam renang karena lalainya semua pihak, termasuk orang tuanya yang ternyata sedang sibuk menggunakan smartphone.

Dalam salah satu studi, dilakukan wawancara terhadap puluhan pengasuh yang menggunakan smartphone. Sebagian besar dari mereka mengakui bahwa kehadiran smartphone mempengaruhi mereka secara emosional. Bahwa buruknya mengasuh sambil membuka smartphone adalah ketika mereka membaca pesan-pesan negatif atau tidak menyenangkan yang mempengaruhi mood mereka. Tentu saja hal itu berpengaruh terhadap sikap mereka dalam mengasuh anak-anak.

Setelah membaca paragraf diatas, pasti Anda mengiyakan hal tersebut. Bahkan ada Ayah bunda yang tanpa sadar membentak anaknya karena mencoba mencari perhatian sehingga mengganggu keasyikannya dengan smartphone.

Jargon “Teknologi tanpa Batas” adalah berperan dalam membuat situasi seperti ini, dulu hal itu dinanti-nanti dan dibanggakan. Tetapi justru hal itu pula yang saat ini membuat hubungan di antara anggota keluarga tidak seharmonis dulu. Setiap anggota keluarga masing-masing sibuk dengan layar gadgetnya. Ayah yang sedang sibuk di depan laptop, Ibu yang sedang memilih-milih pakaian di online shop, kakak yang lagi asyik di timeline instagram, dan tidak kalah adik yan masih kecil pun sedang bermain dengan game console nya.

Teknologi tanpa batas menjadikan seorang Ayah atau Bunda dapat mengerjakan pekerjaannya di rumah sambil mengasuh anak. Dulu perangkat komputer tidak dapat dibawa kemana-mana karena ukurannya yang besar, tapi sekarang semua teknologi itu bisa dibawa kemanapun. Jadilah antara waktu untuk bekerja, untuk bersosialisasi dan bermain dengan anak itu menjadi kabur tanpa batas, semua bisa dilakukan dalam satu waktu, sehingga ketika semuanya dapat dilakukan sekaligus maka kualitasnya menjadi berkurang.

Bagaimana tidak, pekerjaan menjadi terhambat karena acapkali terganggu oleh suasana rumah, obrolan dengan sanak saudara menjadi terasa kurang hangat karena notofikasi social media di smartphone yang sering memotng obrolan. Dan yang paling penting adalah kualitas kebersamaan dengan Anak jadi dikesampingkan.

Lalu, bagaimana dong, apakah kita harus melepaskan diri dari smartphone? Ooooo, tentu tidak Ayah bunda. Tulisan tadi ialah gambaran-gambaran bila Anda tidak dapat mengendalikan hubungan Anda dengan teknologi canggih itu. Selain contoh sikap-sikap orang diatas, banyak juga para orang tua yang mawas sebelumnya atau  sudah menyadari akan perilaku berlebihan dengan smartphone.

Tinggal Anda mengatur sendiri, bagaimana bersikap arif dan bijak dalam menggunakan teknologi tersebut. Sehingga pasangan atau anak Anda akan mencontohnya. Hal itu dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hubungan diantara setiap anggota keluarga.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.